Wonosalam,
Jombang - Ratusan warga Desa Panglungan, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten
Jombang, Jawa Timur menggelar ritual sedekah bumi, Selasa (18/06/2013).
Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memperingati hari lingkungan hidup
se-Dunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni.
Perayaan dan arak-arakan tumpeng dan hasil-hasil pertanian dan perkebunan oleh warga dimulai dari balai desa Panglungan menuju lokasi sumber mata air yang terletak di kawasan hutan Beji Wonosalam. Proses pawai hasil bumi dan tumpeng berlangsung unik. Belasan warga menandu hasil bumi dan tumpeng berdandan ala suku dayak. Kontan saja, aksi para penandu ini menarik perhatian pengunjung dan warga disepanjang jalan.
Sebelum memasuki kawasan hutan, arak-arakan berhenti. Hasil bumi dan tumpeng yang tadinya di arak keliling oleh warga dipisah. Tumpeng beserta sejumlah makanan siap saji dibawa masuk ke dalam hutan, sedangkan hasil-hasil bumi yang masih segar dan mentah ditinggal dan disiapkan untuk dijadikan ‘bancakan’ oleh warga yang ikut pawai.
Selanjutnya, sesepuh desa memimpin ruwatan desa. Hasil bumi yang tadinya di arak keliling oleh warga ditempatkan di tengah jalan dan selanjutnya warga dari anak kecil hingga orang tua mengambil posisi menghadap ke gunungan hasil bumi tadi.
Setelah ritual doa ruwatan selesai, acara berikutnya adalah berbagi bersama menikmati hasil bumi. Begitu doa-doa selesai, warga secara spontan berebut hasil bumi yang ada dihadapan mereka. Ada yang dapat sayuran, buah-buahan, dan beberapa hasil bumi lainnya.
Setelah ritual ruwatan dan sedekah hasil bumi di batas hutan Beji, warga selanjutnya berjalan menuju ke dalam hutan. Di dalam hutan yang terdapat 8 titik sumber mata air itu, para perangkat desa, sesepuh desa dan warga kembali melakukan pembacaan doa doa ruwatan desa.
Suwarji , Kepala Desa Panglungan mengatakan, sedekah bumi dan ruwatan desa bertujuan mengajak warga agar lebih peduli pada kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, serta kelangsungan sumber mata air. “Kegiatan ini untuk mengajak warga agar lebih guyub, serta menanamkan pemahaman kepada warga bahwa kelestarian hutan dan lingkungan itu penting bagi kehidupan manusia,” ujar dia.
Suwarji mengatakan, di hutan Beji terdapat 8 titik sumber mata air yang berfungsi mengcover kebutuhan air bagi warga Desa Panglungan dan sekitarnya. Terdapat 1.100 KK warganya dari 5 Dusun yakni Dusun Dampak, Sranten, Panglungan, Mendiro dan Arjosari yang menggantungkan kebutuhan airnya dari sumber mata air.
“Kesadaran untuk melindungi hutan, lingkungan dan mata air harus selalu ditanamkan kepada masyarakat. Di hutan ini ada 8 titik sumber mata air yang harus dijaga supaya warga sini dan sekitarnya bisa terus mendapatkan pasokan air yang cukup,” ungkapnya.
Perayaan dan arak-arakan tumpeng dan hasil-hasil pertanian dan perkebunan oleh warga dimulai dari balai desa Panglungan menuju lokasi sumber mata air yang terletak di kawasan hutan Beji Wonosalam. Proses pawai hasil bumi dan tumpeng berlangsung unik. Belasan warga menandu hasil bumi dan tumpeng berdandan ala suku dayak. Kontan saja, aksi para penandu ini menarik perhatian pengunjung dan warga disepanjang jalan.
Sebelum memasuki kawasan hutan, arak-arakan berhenti. Hasil bumi dan tumpeng yang tadinya di arak keliling oleh warga dipisah. Tumpeng beserta sejumlah makanan siap saji dibawa masuk ke dalam hutan, sedangkan hasil-hasil bumi yang masih segar dan mentah ditinggal dan disiapkan untuk dijadikan ‘bancakan’ oleh warga yang ikut pawai.
Selanjutnya, sesepuh desa memimpin ruwatan desa. Hasil bumi yang tadinya di arak keliling oleh warga ditempatkan di tengah jalan dan selanjutnya warga dari anak kecil hingga orang tua mengambil posisi menghadap ke gunungan hasil bumi tadi.
Setelah ritual doa ruwatan selesai, acara berikutnya adalah berbagi bersama menikmati hasil bumi. Begitu doa-doa selesai, warga secara spontan berebut hasil bumi yang ada dihadapan mereka. Ada yang dapat sayuran, buah-buahan, dan beberapa hasil bumi lainnya.
Setelah ritual ruwatan dan sedekah hasil bumi di batas hutan Beji, warga selanjutnya berjalan menuju ke dalam hutan. Di dalam hutan yang terdapat 8 titik sumber mata air itu, para perangkat desa, sesepuh desa dan warga kembali melakukan pembacaan doa doa ruwatan desa.
Suwarji , Kepala Desa Panglungan mengatakan, sedekah bumi dan ruwatan desa bertujuan mengajak warga agar lebih peduli pada kelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati, serta kelangsungan sumber mata air. “Kegiatan ini untuk mengajak warga agar lebih guyub, serta menanamkan pemahaman kepada warga bahwa kelestarian hutan dan lingkungan itu penting bagi kehidupan manusia,” ujar dia.
Suwarji mengatakan, di hutan Beji terdapat 8 titik sumber mata air yang berfungsi mengcover kebutuhan air bagi warga Desa Panglungan dan sekitarnya. Terdapat 1.100 KK warganya dari 5 Dusun yakni Dusun Dampak, Sranten, Panglungan, Mendiro dan Arjosari yang menggantungkan kebutuhan airnya dari sumber mata air.
“Kesadaran untuk melindungi hutan, lingkungan dan mata air harus selalu ditanamkan kepada masyarakat. Di hutan ini ada 8 titik sumber mata air yang harus dijaga supaya warga sini dan sekitarnya bisa terus mendapatkan pasokan air yang cukup,” ungkapnya.
sumber : fb kabare jombang