Setiap orang punya bibir tetapi tidak setiap orang biasa atau pandai
tersenyum. Senyum sendiri memiliki dampak yang bermacam-macam. Ada orang
yang hatinya teriris oleh “senyum sinis”. Ada pula yang terjerumus oleh
“senyum menggoda”. Tapi tak sedikit pula hati kita tergetar melihat
“senyum ketabahan” dan “senyum ketegaran.”
Dari bermacam senyum dan dampaknya itu, ada pula
“senyum tulus” yang membuat hati kita bahagia. senyum yang lahir dari
hati yang paling dalam, dari kerinduan ingin membahagiakan orang lain,
dari kerinduan menghormati dan memuliakan orang lain.
Rasulullah SAW telah mempraktekkan senyuman yang tulus di hadapan para
sahabat. Di mata sahabat-sahabatnya, ia selalu hadir dalam wajah murah
senyum, wajah yang cerah dan wajah yang indah.
Sebenarnya, kita dapat meraih sejumlah keuntungan dari senyum.
Pertama, senyum dapat meningkatkan penampilan. Agar kita tampil lebih manis, lebih menawan dan lebih menyejukkan.
Kedua, orang yang murah senyum akan jauh dari stres karena
ia terhindar dari penyakit
ketegangan. Jantungnya akan berdetak normal. Peredaran darahnya akan
mengalir dengan baik. Karena, senyum mendorong hati menjadi ceria dan
membuat kita awet muda.
Menurut salah seorang dokter, senyum hanya mengandalkan 17 otot wajah,
sementara cemberut membutuhkan tarikan 32 otot wajah. Inilah salah satu
sebab mengapa wajah terkadang terlihat cepat tua bagi orang yang jarang
tersenyum.
Ketiga, mereka yang ahli senyum akan merasakan
pergaulannya menyenangkan. Hati kita terasa segar melihat ahli senyum.
Keakrabannya sangat terasa. Suasana pergaulan bagi ahli senyum selalu
hangat. Bahkan mampu menambah semangat dibanding dengan orang yang dalam
pergaulannya selalu berwajah bermuram durja.
Lebih dari itu, senyuman ternyata dapat meluluhkan emosi orang yang
marah. Bila ada yang marah mendatangi kita, hadapilah dengan senyuman
yang bening lagi tulus. Yang pasti, senyum semacam ini bakal mampu
meredam emosi orang yang marah.
Kita harus memperhatikan situasi dalam tersenyum. Kapan waktu paling
tepat untuk tersenyum, karena senyum yang terbaik lahir dari hati yang
tulus dan tempat yang memungkinkan.
Orang-orang yang memiliki kemuliaan, kematangan pribadi dan arif
biasanya memiliki senyuman proporsional. Sebaliknya, mereka yang
emosional, terbawa hawa nafsu dan berbuat keji cenderung memiliki senyum
tidak proporsional.
Untuk ini, mari kita melatih diri untuk tersenyum dengan tulus. Insya
Allah, kalau kita tersenyum dengan proporsional, baik saat mengangkat
atau menjawab telepon, berbicara dengan orang tua, berbicara dengan
anak-anak kecil, akan membuat suasana terasa indah. Selain membuat kita
merasa bahagia, orang lain pun menjadi tertarik dengan kemuliaan sikap
kita. Karena itu, hadapilah perjalanan hidup kita dengan senyuman yang
tulus.