Dirgahayu Hut Ke 66 TNI: Berbakti Identik Dengan Remunerasi?
Secuil soal perjalanan angkatan bersenjata Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)yang kini sudah berusia 66 tahun,suatu usia yang semstinya sudah sangat matang dalam perjuangan hidup sekiranya dipersonalifikasikan sebagaimana halnya seorang manusia.Seiring dengan perkembangan zaman serta kostalasi politik,ekonomi dan sosial budaya bangsa yang penuh dinamika ini,maka karakteristik angkatan bersenjata sebuah negara seperti halnya Indonesia ini turut juga terpengaruhinya.
Proses lahirnya angkatan bersenjata Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI)erat kaitannya dengan masa-masa perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia.Sejak perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia,baik ketika melawan rejime kolonial Belanda maupun Jepang serta dalam proses mempertahankan kemerdekaan dari rongrorong berbagai gerakan separatisme sebagai reaksi terhadap kesewenang-wenangan pemerintah pusat di jakarta.Beberapa kali angkatan bersenjata Indonesia terkontaminasi berbagai ekses-ekses politik ,ekonomis,ideologis yang disettinisasi penguasa.
Bahkan seringkali angkatan bersenjata yang sesungguhnya merupakan alat negara di belokkan oleh kepentingan tertentu sehingga menjadi suatu alat kekuasaan untuk mempertahankan status quo para birokrasi pemerintahan Indonesia.Karenanya siapapun yang berkuasa berlomba-lomba untuk menguasai juga angkatan bersenjata,yang di gunakannya hanya untuk memepertahankan kedudukannya belaka.
Motivasi seseorang menjadi tentarapun sekarang sangat berbeda dengan masa-masa awal kemerdekaan Indonesia, meskipun tetap saja hanya para jajaran atasannya saja yang menikmati kesehteraan.Ketika Jepang menguasai Indonesia ,para pemuda dan pemudi Indonesia dilatih oleh Jepang yang mulanya untuk membatunya dalam melawan sekutu.Dalam konteks ini sesuai dengan slogan Gerakan Tiga A,yakni Jepang pemimpin Asia,Jepang pelindung Asia dan Jepang Cahaya Asia.
Strategi Jepang tersebut sengaja di lakukannya untuk mengucilkan pengaruh Belanda dari rakyat Indonesia, seiring berjanji akan memberikan kemerdekan kepada Indonesia pasca memenangkan perang melawan sekutu. Para pemuda dan pemudi Indonesia dilatih dalam berbagai organisasi semi militer dengan disiplin Bushido Jepang yang amat ketat,sehingga terciptalah perajurit Indonesia yang daya juangnya sangat tinggi ,tahan menderita ,tanpa pamrih,dan berbaur erat dengan rakyat dalam mebela negara Indonesia.
Para perajurit yang merupakan jebolan besutan kemiliteran Jepang dalam Kebodan,Seinendan, Heyho,Gyugun, Java Hokokai,Peta,Putera memiliki kedisiplinan sangat tinggi,yang selanjutnya menjadi tulang punggung dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia plus TKR,BKR,TRIP,Hizbullah,Lasykar Wanita Indonesia(Laswi) yang tanpa menuntut remunerasi yang tinggi.Mereka hidupnya sangat sederhana dibiayai oleh rakyat,yang berinteraksi akrab antara perajurit dengan komandannya.
Mereka sangat trulus berbakti kepada negaranya Indonesia,bukan hanya mengharapkan suatu bayaran dengan gaji yang tinggi plus komisi ,serta berbagai tunjangan lainnya seperti sekarang ini. Proses perekrutannya juga sekarang di warnai berbagai warna-warni korupsi,yang bisa melahirkan oknum perajurit yang kurang berprestasi.Kehidupan antara perajurit rendahan dengan atasannya jauh berbeda ,kesenjangan sosialnya semakin dalam yang bisa menyebabkan terjadi kecemburuan sosial .
Beberapa kali pernah mengunjungi kediaman mereka yang sangat memprihatinkan ,padahal merekalah yang sangat dibutuhkan kekuatan dan kemampuannya yang selalu prima.Karena perajurit dibawah itulah yang merupakan ujung tombak dalam setiap operasi penegakan keamanan,yang selkalu menghadapi resiko paling tinggi dari pada komandannya. Perajurit akan menjadi korban kesalahan prosedur,sekiranya melakukan sesuatu yang terpaksa mereka lakukan.Sebaliknya sekiranya para perajurit berhasil dalam tugasnya, maka para petinggi sebagai komandannyalah yang dianggap sebagai pahlawan.
Nah,dalam usia ke 66 ini perlu memposisikan angkatan bersenjata itu sesuai dengan posisinya secara profesional dan porposional sehingga dalam berbagai kinerjanya semakin lebih efektif dan tepat guna. Kesejahteraan mereka perlu di tingkatkan,sebagaiamana halnya juga berbagai perlengkapannya,sehingga perajurit Indonesia tidak hanya terampil dalam tugasnya sebagai penangkal musuh ,tetapi sebagai perajurit yang bermoral tinggi yang religiuis.
[Sumber]